Saat ini, fokus utama kita adalah meningkatkan
produksi padi dan jagung secara berkelanjutan. Dirjen Tanaman Pangan Dr. Ir.
Suwandi, M.Si menyampaikan bahwa upaya ini harus dilakukan dengan berbagai
strategi dan pendekatan yang terintegrasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mencapai tujuan ini, termasuk meningkatkan produktivitas dan memperkuat
ketahanan pangan.
Upaya meningkatkan produktivitas padi dan
jagung dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi
dilakukan dengan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan ekstensifikasi
dilakukan dengan perluasan area tanam, termasuk tumpang sari di kebun dan
hutan. Perluasan area tanam ini harus dilakukan dengan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Ketahanan pangan nasional dapat diperkuat
dengan membuka lahan baru di luar sawah, seperti rawa lebak dan pasang surut.
Lahan-lahan ini memiliki potensi besar untuk ditanami padi dan jagung. Selain
itu, perlu dikembangkan varietas lokal yang tahan hama dan penyakit. Varietas
lokal ini lebih adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat dan lebih tahan
terhadap serangan hama dan penyakit.
Penerapan prinsip pertanian berkelanjutan juga
penting untuk memperkuat ketahanan pangan. Prinsip ini meliputi penggunaan
pupuk organik dan hayati: Pupuk organik dan hayati lebih ramah lingkungan dan
dapat menjaga kesehatan tanah, pengelolaan hama dan penyakit terpadu (PHT): PHT
adalah cara mengendalikan hama dan penyakit dengan berbagai metode, seperti
penggunaan pestisida alami dan musuh alami, konservasi air dan tanah:
Konservasi air dan tanah penting untuk menjaga kesuburan tanah dan kelestarian
lingkungan.
Dirjen Tanaman Pangan Dr. Ir. Suwandi
menambahkan terkait efisiensi biaya produksi yang dapat dilakukan dengan
penggunaan teknologi dan berbagai upaya lainnya. Teknologi dapat membantu
petani dalam mengolah lahan, menanam padi dan jagung, serta memanen hasil
panen. Penggunaan teknologi yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan menekan
biaya produksi.
Upaya lain untuk meningkatkan efisiensi biaya
produksi adalah dengan ramah lingkungan. Ramah lingkungan berarti tidak
menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dapat meningkatkan biaya produksi dan merusak lingkungan.
Selain itu, Suwandi menjelaskan terkait
pemanfaatan Kearifan Lokal yang merupakan pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh masyarakat setempat. Kearifan lokal dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan produksi padi dan jagung. Contohnya, varietas lokal yang tahan
hama dan penyakit, serta sistem tanam tradisional yang ramah lingkungan.
Suwandi menjelaskan bahwa terdapat tantangan
utama dalam meningkatkan produksi padi dan jagung diantaranya adalah, perubahan
iklim: Menghadapi perubahan iklim ekstrim, seperti El Nino, yang dapat
menyebabkan gagal panen, menjaga surplus beras nasional: Menjaga surplus beras
nasional untuk ketahanan pangan, mengkombinasikan kearifan lokal dengan
teknologi informasi: Mengoptimalkan teknologi informasi untuk mendukung
budidaya padi dan jagung yang berkelanjutan, meningkatkan produksi padi dan
jagung membutuhkan upaya terintegrasi dari semua pihak, mulai dari pemerintah,
petani, hingga masyarakat luas. Dengan mengoptimalkan strategi dan kearifan
lokal, serta memanfaatkan teknologi informasi, kita dapat mencapai ketahanan
pangan yang berkelanjutan.
Meningkatkan produksi padi dan jagung
membutuhkan upaya terintegrasi dari semua pihak, mulai dari pemerintah, petani,
hingga masyarakat luas. Dengan mengoptimalkan strategi dan kearifan lokal,
serta memanfaatkan teknologi informasi, kita dapat mencapai ketahanan pangan
yang berkelanjutan.
Menurut Ir. Entang selaku Pokja Ahli Pangan,
Badan Pangan Nasional, upaya untuk menggenjot produksi padi dan jagung dengan
memanfaatkan kearifan lokal merupakan langkah yang sudah ditunggu-tunggu sejak
lama. Hal ini dikarenakan banyaknya persoalan yang dihadapi dalam meningkatkan
produksi padi dan jagung dalam waktu singkat.
Kebijakan pemerintah untuk menggenjot produksi
padi setinggi-tingginya menuju swasembada menjadi pilihan yang diambil saat
menghadapi turunnya produksi padi. Salah satu penyebab utama penurunan ini
adalah sergapan El Nino, yang dapat menimbulkan gagal panen di beberapa daerah.
Kementerian Pertanian sendiri memprediksi dampak El Nino ini bisa menimbulkan
gagal panen dengan kisaran 380.000 ton sampai dengan 1,2 juta ton.
Penurunan produksi beras ini tentu saja
menyebabkan surplus beras nasional juga menurun. Pada tahun 2022, surplus beras
masih ada di kisaran 1,34 juta ton, namun memasuki tahun 2023, surplusnya
tercatat sekitar 700.000 ton.
Persoalan ini cukup serius karena produksi
beras yang cukup tinggi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
masyarakat, tetapi juga untuk penguatan cadangan beras pemerintah dan
program-program bantuan pangan beras. Jika dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan
yang ada, maka rasanya tidak mungkin semua itu akan dipenuhi dalam waktu yang
sangat pendek. Oleh karenanya, kebijakan impor beras menjadi solusi jangka
pendek yang mau tidak mau harus dilaksanakan.
Kesimpulannya, menurut Entang, meningkatkan
produksi padi dan jagung dengan memanfaatkan kearifan lokal adalah langkah yang
tepat, namun membutuhkan waktu. Impor beras menjadi solusi jangka pendek untuk
mengatasi kekurangan beras nasional.
Prof. Dr. Elfindri, SE., MA selaku Direktur SDG
s Center, Universitas Andalas, menjelaskan terkait tentang bagaimana peranan
dari lokal genuin semacam kebiasaan-kebiasaan yang ada di tingkat lokal yang
menyebabkan produksi pangan khususnya padi bisa lebih dianggap bukan menjadi
penghalang tapi justru sebagai genuin, sebagai pendorong produktivitas daripada
pertanian khususnya padi bisa ditingkatkan. Meningkatkan produktivitas
pertanian merupakan kunci untuk mencapai ketahanan pangan. Upaya ini harus
dilakukan secara terintegrasi dengan memperhatikan berbagai faktor yang saling
terkait.
Salah satu faktor penting dalam meningkatkan
produktivitas adalah struktur tanah yang ideal dan bebas hama. Penggunaan pupuk
organik dapat membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan
tanah. Pengendalian hama terpadu (PHT) dan penggunaan varietas tahan hama dapat
membantu mengurangi penggunaan pestisida dan meningkatkan hasil panen.
Pengairan yang tepat dan pencahayaan yang cukup
juga penting untuk meningkatkan produktivitas. Pembangunan sistem irigasi yang
efisien, penggunaan pupuk hayati, dan penanaman tanaman pada waktu yang tepat
dapat membantu tanaman mendapatkan air dan sinar matahari yang cukup.
Penggunaan pupuk organik dan gotong royong merupakan dua aspek penting dalam
meningkatkan produktivitas. Pupuk organik dapat membantu memperbaiki struktur
tanah, meningkatkan kesuburan tanah, dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Gotong royong dapat membantu petani dalam menyelesaikan pekerjaan pertanian
dengan lebih cepat dan efisien. Melestarikan kearifan lokal dan menerapkan
teknologi juga dapat membantu meningkatkan produktivitas. Kearifan lokal,
seperti kebiasaan masyarakat dalam bekerja dan mengikuti masa tanam, dapat
membantu meningkatkan hasil panen. Penerapan teknologi, seperti penggunaan
drone untuk penyemprotan pestisida dan pemupukan, dapat membantu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas budidaya tanaman. Meningkatkan produktivitas
pertanian membutuhkan upaya terintegrasi dari semua pihak, mulai dari
pemerintah, petani, hingga masyarakat luas. Dengan mengoptimalkan berbagai
faktor dan menerapkan strategi yang tepat, kita dapat mencapai ketahanan pangan
yang berkelanjutan.
Bapak John Kenedy selaku ahli/peneliti tanah
pertanian memulai dengan menjaga kesehatan tanah untuk ketahanan pangan,
permasalahan yang terjadi di Sumatera Barat terutama di Sumatera Barat,
terutama di kaki Gunung Merapi dan Singgalang, menjadi kendala utama dalam
bertani. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk memperbaiki kondisi tanah agar
dapat mencapai ketahanan pangan. Berdasarkan pengalaman bertani di kampung
halaman, Jon Kenedi menemukan tiga pilar utama untuk menjaga kesehatan tanah.
Pertama, pemahaman dasar tentang kondisi tanah saat ini sangat penting untuk
menentukan strategi bertani yang tepat. Petani sering kali fokus pada pupuk dan
bibit untuk mencapai hasil panen maksimal, namun mengabaikan kesehatan tanah.
Hal ini perlu diubah, dan fokus utama haruslah pada bagaimana menjaga kesehatan
tanah terlebih dahulu. Kedua, landasan yang kuat dalam bertani akan membantu
petani menghadapi berbagai masalah dan hama. Landasan ini dapat berupa pedoman
atau prinsip yang dipegang teguh. Dalam pengalaman saya, Al-Qur'an menjadi
landasan utama dalam bertani. Surah Al-A'raf ayat 56-58 memberikan peringatan
bagi manusia untuk tidak merusak alam dan mengingatkan untuk selalu berdoa
ketika menghadapi musibah. Ketiga, ayat terakhir di surat Al-A'raf ayat 58
menjelaskan bahwa tanah yang sehat akan menghasilkan tanaman yang subur, dan
seterusnya. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga kesehatan tanah untuk
mencapai hasil panen yang optimal. Dengan menerapkan tiga pilar ini, diharapkan
kondisi tanah di Sumatera Barat dapat diperbaiki dan ketahanan pangan dapat
tercapai.
Selain tiga pilar ini, John Kenedy juga
memperhatikan kondisi degradasi tanah yang terjadi di kalangan petani. Saya
mendorong petani untuk memahami kondisi tanahnya dan menerapkan teknik-teknik
yang tepat untuk menjaga keseimbangan dan kesehatan tanah. Dalam menjaga
kesehatan tanah, Jon Kenedi masih menggunakan instrumen tradisional. John Kenedy
percaya bahwa kearifan lokal, seperti penggunaan pupuk organik dan kompos,
serta pengolahan tanah yang tepat, dapat membantu menjaga kesehatan tanah
secara berkelanjutan.
Penerapan Al-Qur'an dan kearifan lokal dalam
bertani bukan berarti menolak modernisasi. teknologi dan instrumen modern dapat
digunakan untuk membantu petani dalam memantau kondisi tanah, mengoptimalkan
penggunaan pupuk, dan meningkatkan efisiensi.
Namun, penggunaan teknologi haruslah tepat guna
dan mempertimbangkan kondisi tanah dan lingkungan setempat. Kearifan lokal dan
pengetahuan tradisional dapat menjadi panduan penting dalam penerapan teknologi
modern untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.