Menghijaukan Kota Dengan Urban Farming

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 1109 pada hari Kamis (14/3) dengan mengangkat tema “Menghijaukan Kota Dengan Urban Farming”.

Dr. Ir. Suwandi, M.Si selaku Dirjen Tanaman Pangan menyampaikan tentang Urban Farming, sebuah konsep pertanian yang tak hanya diterapkan di pedesaan, tetapi juga di perkotaan. Di tengah keterbatasan lahan, Urban Farming hadir sebagai solusi untuk menciptakan lahan pertanian yang produktif, indah, dan ramah lingkungan. Pertanian ini menjadi bukti kreasi manusia dalam memaksimalkan lahan sempit. Upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan menjadi fokus utama, dengan ciri khas ramah lingkungan, ekonomi, sosial, dan ekologi yang lebih baik di masa depan.

Prinsip-prinsip ramah lingkungan menjadi landasan utama Urban Farming, dengan contoh konkret seperti pertanian organik dan peran komunitas Maporina. Berbagai tipe implementasi Urban Farming pun telah berkembang, mulai dari hidroponik di pekarangan rumah, integrated farming dengan berbagai tanaman, vertikal farming di atas bangunan, hingga pemanfaatan pekarangan oleh ibu rumah tangga.

Manfaat Urban Farming tak hanya terbatas pada aspek ekonomi dan bisnis, tetapi juga edukasi, pembelajaran teknik, wisata, dan kemandirian. Menanam sayuran dan tanaman obat di pekarangan rumah dapat menghemat pengeluaran, membantu penanganan inflasi, dan meningkatkan kualitas hidup dengan bahan organik yang sehat.

Dr. Ir. Suwandi, M.Si menyampaikan mengajak seluruh narasumber, peserta virtual, dan masyarakat untuk bersama-sama mengembangkan Urban Farming. Dengan gerakan kolektif, lahan sejengkal tanah pun dapat dioptimalkan untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi. Tak hanya tanaman sayur, Urban Farming juga membuka peluang untuk menanam tanaman eksotis dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Fajar Wiryono memulai diskusi dengan bagaimana menjadikan pertanian dapat dilakukan di daerah perkotaan, khususnya Jakarta. Pertanian perkotaan, atau Urban Farming, bukan sekadar memindahkan praktik pertanian dari pedesaan ke perkotaan. Di tengah keterbatasan lahan di kota seperti Jakarta, Urban Farming menawarkan solusi untuk menghadirkan kebun di tengah hiruk pikuk. Pelaku Urban Farming tak hanya petani profesional, tetapi juga masyarakat perkotaan yang gemar berkebun. Lahan yang sempit diubah menjadi kebun vertikal di atap gedung, pot tanaman di pekarangan rumah, atau bahkan di gang-gang hijau.

Berbeda dengan pertanian di pedesaan yang luas, Urban Farming menghasilkan panen dalam jumlah yang lebih kecil, umumnya untuk konsumsi pribadi. Sistem budidaya yang populer di antaranya hidroponik, vertikultur, aquaponik, dan konvensional.

Tujuan utama Urban Farming tak hanya memenuhi kebutuhan pangan segar, tetapi juga menciptakan kota yang lebih hijau dan nyaman. Penghijauan kota meningkatkan kualitas udara, menciptakan estetika, dan menghasilkan tambahan penghasilan bagi penduduk. Selain itu, Urban Farming dapat digunakan sebagai penyangga atau BFF ketahanan pangan di kota.

Salah satu contoh model Urban Farming yang sukses adalah HSC Urban Farming di Pengadegan, Jakarta. Atap gedung yang sebelumnya kosong disulap menjadi kebun vertikal dengan bedengan-bedengan dari hebel dan media tanam organik. Berbagai tanaman ditanam di kebun ini, mulai dari yang sederhana seperti kangkung dan bayam, hingga tanaman dengan nilai ekonomi lebih tinggi. Kesuksesan ini menunjukkan bahwa Urban Farming tak hanya mungkin, tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

Tantangan Urban Farming masih ada, namun dengan kerjasama dan edukasi, Urban Farming dapat menjadi solusi untuk masa depan kota yang lebih hijau, sehat, dan mandiri.

Herdiyanto Wibowo menjelaskan terkait Urban Farming dengan fokus pada solusi dan teknologi yang ditawarkan, bukan sekadar definisi dan tujuannya. Herdiyanto Wibowo menjelaskan tantangan Urban Farming, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.    Kesan Mahal: Biaya awal untuk bahan dan persiapan memang ada, namun perlu dipertimbangkan manfaat jangka panjangnya.

2.    Lahan Terbatas: Solusi vertikal dan hidroponik dapat memaksimalkan ruang di perkotaan.

3. Dampak Lingkungan: Teknologi EasyFarm dapat meminimalisir penggunaan pupuk dan air, serta mengoptimalkan pengolahan limbah.

4.  Keterbatasan Waktu: Teknologi EasyFarm dapat menghemat waktu dan tenaga dalam proses budidaya.

5. Ketersediaan Air: Teknologi EasyFarm dapat mengoptimalkan penggunaan air, bahkan di daerah dengan akses air terbatas.

6.    Keterbatasan Sumber Daya: Teknologi EasyFarm dapat meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan memaksimalkan hasil panen.

7. Tantangan Bisnis: Teknologi EasyFarm dapat membantu meningkatkan profitabilitas Urban Farming.

Dari akar permasalahan tersebut, Herdiyanto Wibowo memperkenalkan “Easy Urban Farming” yang dapat mempermudah budidaya Urban Farming dengan teknologi yang lebih “easy”. Teknologi EASYFARM berupa serum hayati membantu meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kesehatan tanaman, ikan, dan ternak. Motto "3F-4E-3L" menandakan fokus pada Farm ikan, Farm tani, dan Farm ternak dengan proses yang Mudah, Cepat, Efisien, Hemat Biaya, dan menghasilkan produk yang Lebih Banyak, Lebih Baik, dan Lebih Sehat. Penerapan teknologi EASYFARM mencakup dalam optimalisasi nutrisi dan pengkondisian media tumbuh. Contoh penerapannya, untuk Farm ikan dapat mengoptimalkan media air dan tetap perlu pellet alternatif yang kaya nutrisi.

Top komoditi yang telah dilakukan Teknologi EasyFarm hadir sebagai solusi inovatif untuk Urban Farming di tengah keterbatasan lahan perkotaan. Teknologi ini memungkinkan penanaman di atas berbagai permukaan, bahkan di atas semen tipis (3 cm), seperti contohnya timun, pare, kacang panjang, tomat, dan bahkan umbi-umbian seperti talas dan kunyit. Hasil panen pun tak kalah optimal, buktinya timun dengan panjang 12 meter dan 90 pohon dalam satu bedengan dapat ditanam dengan teknologi ini.

Keberhasilan teknologi EasyFarm tak berhenti di situ. Stroberi, yang umumnya ditanam di dataran tinggi, kini dapat dipanen di Bekasi dengan ketinggian hanya 100 meter di atas permukaan laut. Teknologi ini juga membuka peluang untuk menanam berbagai jenis tanaman lain seperti labu, potol, dan bunga-bunga menor di perkotaan.

Easyponik atau hidroponik yang makin asik merupakan teknologi hidroponik dengan media tanam air, menawarkan kemudahan, lebih murah dan hasil panen yang lebih banyak. Tanpa memerlukan greenhouse, hidroponik ini menghasilkan tanaman dengan kandungan PPM air yang dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan hidroponik biasa. Beragam tanaman, mulai dari sayur-sayuran, padi, cabe, melon, jagung, kemangi, hingga bunga-bunga, dapat ditanam dengan sistem ini. Contohnya, jagung, padi, timun, dan bunga yang ditanam dalam lubang pralon menunjukkan hasil yang luar biasa.

Lebih dari sekadar menanam, teknologi EasyFarm memungkinkan pembuatan landscape tanaman pangan yang indah dan fungsional. Tanaman hias dan bunga-bunga dapat dipadukan dengan tanaman pangan yang dapat dimakan, menciptakan estetika dan manfaat bagi penghuni perkotaan.

Teknologi EasyFarm membuka peluang baru untuk Urban Farming di perkotaan. Media tanah tipis, hidroponik Isiponik yang asik, dan landscape tanaman pangan yang indah dan fungsional merupakan solusi untuk menghadirkan pangan berkelanjutan di tengah keterbatasan lahan.

Ayam Bio-K, ayam boiler organik kampung yang rasanya tak kalah lezat dengan ayam kampung. Rahasianya? Teknologi Isi membantu mengoptimalkan penyerapan nutrisi, terutama protein, sehingga daging ayam Bio-K lebih padat dan teksturnya menyerupai ayam kampung. Teknologi ini memungkinkan ayam Bio-K tumbuh tanpa vaksin, vitamin, maupun antibiotik. Kotorannya pun kering dan tidak berbau. Hasilnya, kandungan lemak dan protein ayam Bio-K lebih unggul dibandingkan ayam kampung pada umumnya, dan residunya 0%. Uji lab telah membuktikan bahwa ayam Bio-K benar-benar organik. Yang menarik, peternakan ayam Bio-K dapat dilakukan dengan kandang berukuran kecil. Kandang pertama kami, dengan ukuran 2 x 12 meter, tersusun atas dua trap di kanan dan kiri.

Secara hitungan bisnis, FCR (Feed Conversion Ratio) ayam Bio-K diprediksi lebih rendah dan lebih menguntungkan. SOP peternakan ayam Bio-K akan kami bagikan di kesempatan lain.

Teknologi EasyFarm membuka peluang baru untuk peternakan yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan menguntungkan, bahkan di lahan terbatas.

Zoilus Sitepu membahas dari sisi pelaku Urban Farming dan konsumen di Jabodetabek dengan fokus utama pada mereka yang tinggal dan bekerja di Jabodetabek. Konsumen ini memiliki rutinitas harian yang padat di wilayah Jabodetabek, dan mungkin memiliki keraguan tentang Urban Farming. Sebagai langkah awal, mari kita telusuri lebih dalam gaya hidup dan kebiasaan konsumsi mereka. Dengan memahami kebutuhan dan preferensi mereka, kita dapat merancang solusi Urban Farming yang tepat dan bermanfaat bagi para konsumen Jabodetabek. Pendekatan ini akan membuka peluang baru untuk Urban Farming dan mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam praktik ini.

Masalah yang Dihadapi Konsumen Jabodetabek. Zoilus Sitepu  menceritakan selama bekerja di modern trade, beliau sering mendengar keluhan dari konsumen Jabodetabek. Kemacetan, polusi udara, dan waktu tempuh yang lama untuk berbelanja menjadi masalah utama. Setibanya di rumah, mereka dihadapkan pada lahan yang sempit dan biaya hidup yang tinggi. Hal ini membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan bahan makanan segar dan berkualitas dengan harga terjangkau. Kurangnya waktu dan ruang untuk bersosialisasi juga menjadi tantangan. Maka, ini merupakan potensi Urban Farming yang cocok untuk berbagai permasalahan ini. Urban Farming memiliki poin plus, diantaranya adalah:

1.   Lingkungan yang Sehat: Urban Farming dapat menghasilkan udara yang lebih bersih dan mengurangi polusi di perkotaan.

2.   Akses Makanan Segar: Konsumen dapat memanen buah dan sayur segar langsung dari tempat tinggal mereka.

3. Rekreasi dan Sosialisasi: Urban Farming dapat menjadi kegiatan rekreasi yang menyehatkan fisik dan mental, serta mempererat hubungan antar komunitas.

4. Peluang Penghasilan: Urban Farming dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi komunitas.

Untuk mendorong masyarakat kota agar tertarik dengan Urban Farming, diperlukan strategi yang tepat, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menghubungkan Urban Farming dengan Keuntungan Ekonomi: Menjelaskan bagaimana Urban Farming dapat menjadi sumber pendapatan tambahan akan menarik minat mereka.

2. Memanfaatkan Ruang Publik: Ruang terbuka publik dapat dimanfaatkan untuk kegiatan Urban Farming dan dijadikan tempat sosialisasi.

3.  Membangun Komunitas: Komunitas Urban Farming dapat menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta meningkatkan rasa kekeluargaan.

Selain produk hortikultura, produk lain seperti ikan hias juga dapat menjadi peluang bisnis yang menarik di bidang Urban Farming.

Urban Farming memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Jabodetabek. Dengan strategi yang tepat, Urban Farming dapat menjadi solusi yang berkelanjutan untuk berbagai permasalahan di perkotaan.