Kementerian
Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan kegiatan
Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 1088 pada hari Kamis
(25/01) dengan mengangkat tema “Penguatan Sistem Pangan Nasional Berkelanjutan
Berbasis Komoditas Padi dan Pangan Lainnya”.
Direktur
Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan sesuai kebijakan Menteri, untuk
tahun ini adalah fokus untuk meningkatkan produksi padi dan jagung. “Tidak
hanya swasembada karena swasembada juga sudah kita peroleh. Tapi menjadi negara
yang kuat tidak hanya swasembada tapi juga bisa ekspor. Nah arah kebijakan
sudah jelas. Kemudian juga bisa mewujudkan kedaulatan pangan. Harus mampu
mencukupi pangannya dan bahkan nanti bisa ekspor 2 hingga 4 tahun lagi bisa
tercapai” kata Suwandi.
Indonesia
harus memiliki sistem pangan yang kuat dan bekelanjutan. Langkah yang harus
dilakukan pertama adalah mapping. Mapping tidak hanya dilakukan sentranya saja
tetapi mapping kemampuan potensi lahannya dan produktivitasnya. Selanjutnya
dari mapping ini dirancang sistem distribusi, sistem logistiknya. ” Karena
negara kita kepulauan, sangat luas. Bagaimana kelancaran distribusi dan sistem
logistik. Sehingga kita mempunyai tools yang bisa mendistribusikan dengan baik.
Nah bagaimana agar sistem ini dapat berkelanjutan? Kita dorong dari sistem
produksi, sistem distribusi, sistem logistik. Juga di level hilirnya merancang
sistem pangan berkelanjutan ini, dengan meminimalkan food waste, kemudian
diversivikasi pangan lain. Kemudian pemanfaatkan lahan sesuai dengan
undang-undangan” tambah Suwandi.
Jabal
Tarik Ibrahim selaku Penasehat Perhepi Komisariat Malang (UMM) menjelaskan pentingnya
petani muda dalam penguatan sistem pangan nasional berkelanjutan berbasis
komoditas padi dan pangan lainnya. Karena kesuksesan program ketahanan pangan
dalam jangka panjang ditentukan oleh proses regenerasi dari petani senior ke
petani muda. Kebijakan yang perlu dilakukan adalah melanjutkan program
regenerasi petani (khususnya petani padi dan pangan lainnya), melanjutkan
program wirausaha pertanian bagi pemuda, melanjutkan program magang kerja anak
petani di usaha pertanian modern, memberikan pelatihan ekspor produk pertanian
mahasiswa serta mekanisme pertanian dan pertanian presisi.
Tavi
Supriana selaku Pengurus Pusat Perhepi (USU) menyampaikan masalah ketahanan
pangan yang dihadapi saat ini Indonesia hanya mengandalkan satu jenis tanaman
yaitu beras. Ketergantungan konsumsi beras menimbulkan ketidakstabilan pasokan
pangan. Pada tahun 2023 luas panen padi menurun sekitar 155,79 ribu hektar.
Keterbatasan lahan untuk usaha peningkatan produksi baik secara intensifikasi
atau ekstensifikasi mengakibatkan Indonesia harus mengimpor beras dari negara
lain.
Permasalahan
ini berdampak terhadap terkurasnya cadangan beras negara dan mengancam
ketahanan pangan nasional. Maka perlu adanya penganekaragaman konsumsi pangan
sebagai pengganti beras. “umbi-umbian dapat dijadikan sebagai komoditi yang
menunjang sustainabilitas pangan nasional. Umbi-umbian dapat ditingkatkan
produksinyam dimana umbi-umbian juga memiliki manfaat dan kandungan gizi yang
baik untuk Kesehatan tubuh dan dapat ditanam secara luas di daerah Indonesia
serta memiliki potensi industri yang dapat dik”mbangkan" ujar Tavi.
Dewan Penasehat Perhepi Pusat (UNHAS), Rahim
Darma menjelaskan tujuan dari diversifikasi pangan secara pendekatan multi
aspek adalah kunci dari sistem pangan yang berkelanjutan dan aman dari
tantangan global yang kompleks. Kemudian diversifikasi pangan sendiri juga
memiliki tujuan sebagai pemenuhan gizi, kelansungan ekonomi, pelestarian budaya
dan ketahanan terhadap perubahan lingkungan. Dalam mendorong Gerakan pangan
lokal. Dasboard Sistem Pangan (DSP) memiliki tujuan untuk membentuk kelompok
penasihat pemangku kepentingan. Kemudian mengkaji, memetakan, mengumpulkan,
mengolah sumber data dan menyusun indikator sistem pangan, mendefinisikan
metodologi untuk mengembangkan tipologi sistem pangan dan membangun situs web
DSPI yang akan mencakup seluruh daerah di di 34 Provinsi dan 514 kabupaten/kota
di Indonesia. DSP ini meliputi produksi pangan wilayah, kandungan gizi dan pola
konsumsi. DSP menyediakan data pangan ril tentang kesediaan, kecenderungan
pangan, kebutuhan gizi, perencanaan dan pengambilan keputusan bagi policy
makers serta Lembaga-lembaga pertanian dan organisasi pangan.