Peran POPT dalam Pengendalian OPT dan Penanganan DPI

Kementerian Pertanian terus mendorong untuk meningkatkan kapasitas yang penuh inovasi, kreativitas, inspirasi dan penuh terobosan sehingga akan berdampak pada peningkatan produksi serta kesejahteraan petani. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam BTS Propaktani episode 1122 yang berjudul “Peran POPT dalam Pengendalian OPT dan Penanganan DPI”, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, mengatakan dengan adanya deteksi dini atau early warning system akan lebih baik untuk mencegah serangan hama dan dampak perubahan iklim.

“Terimakasih untuk para POPT kita yang bekerja di lapangan antar kecamatan, antar provinsi dan antar desa sudah biasa keliling mengantisipasi dini terhadap DPI. Kemudian selalu memantau data BMKG harian, mingguan, bulanan, terus mendeteksi termasuk gejala serangan penyakit,” ujar Suwandi.

Suwandi menghimbau agar setiap wilayah memiliki mapping untuk antisipasi dini, mencegah adanya serangan atau dampak perubahan iklim.

“Mohon setiap wilayah memiliki mapping. Mapping wilayah langganan tikus, hama wereng, penggerek, ulat grayak, wilayah langganan banjir dan wilayah kekeringan. Mappingkan setiap wilayah terkait OPT maupun DPI. Ini juga sebagai data dasar untuk berjaga-jaga,” himbaunya.

“Brigade selalu siap setiap saat untuk brigade OPT dan DPI. Setelah itu, kita  berikan kewaspadaan pada para petani kita untuk gejala-gejala yang ada. Misalnya dengan menggunakan benih tahan kekeringan di musim kering atau tahan terhadap banjir saat musim hujan dan tahan terhadap hama penyakit sehingga bisa antisipasi,” sambung Suwandi.

Suwandi juga menghimbau selain menyiapkan benih, pengaturan air juga penting untuk diperhatikan.

“Pengaturan air, teknologi budidaya dan asuransi usaha tani ini termasuk penting. Efekifnya kalau serangan massif, sistem gerdal ditingkatkan. Upayakan pengendalian dilakukan secara mekanis, biologi, pengendalian hayati dan yang sifatnya kimia sintetis itu merupakan pilihan terakhir,” terangnya.

Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Rachmat, menjelaskan sebagain besar POPT bertugas di lapangan, di wilayah kecamatan, mendampingi petani dalam melakukan penanganan produksi.

“Tugas dari POPT mulai dari pengamatan sampai ke pengendalian dan penanganan. Ada pengamatan rutin, pelaporan, melakukan peramalan, pengendalian OPT dan penanganan DPI. Selain itu ada yang bertugas di laboratorium. Ini tergantung dari tugas masing-masing POPT,” jelas Rachmat.

“POPT memiliki peranan penting dalam pengamanan produksi supaya OPT dan DPI itu terkendali. Tugasnya bukan hanya menangani tanaman pangan, tetapi ada juga POPT yang menangani hortikultura dan perkebunan,” imbuhnya.

Lebih lanjut terkait peranan POPT, Akademisi Universitas Brawijaya, Gatot Mudjiono, menerangkan bahwa Pengelolaan Hama Terpadu Bioitensif dan Rekayasa Ekologi akan mewujudkan pertanian berkelanjutan.

“Harusnya pengamat kita atau para POPT kita memahami PHT yang berbasis ekologi. Adapun PHT Biointensif merupakan PHT yang menganggap pertanian sebagai bagian dari agroekosistem, dengan karakteristik tertentu yang perlu dipahami dan dikelola untuk meminimalkan kerusakan oleh hama,” kata Gatot.

Gatot menambahkan PHT Rekayasa Ekologi merupakan bentuk lain konservasi PH berbasis ekologi bertujuan mendukung MA dan meningkatkan PH alami.

“Dengan PHT Rekayasa Ekologi ini harapannya dapat tercipta infrastruktur ekologi yang sesuai di dalam lanskap pertanian dan tersedia sumber makanan bagi musuh alami dewasa, inang/ mangsa alternatif, dan tempat berlindung dalam kondisi buruk,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Ikatan POPT Indonesia, Paryoto, menyampaikan dasar operasional POPT bergantung pada kemampuan dari seorang POPT.

“Dalam realisasinya, sistem dasar operasional ini bergantung pada kemampuan seorang OPT dalam mengondisikan teman-teman di lapangan. Kemudian juga kepiawaian dia mengondisikan kelompok tani dan petani-petani tertentu atau penggiat yang ada di wilayah. Ini menjadi dasar kita untuk bisa melakukan kegiatan operasional,” ujar Paryoto.

“Semua anggota kalau bisa punya peran. Ada pembagian peran pada para anggotanya jadi semua urusan kelompok sudah habis dibagi pada kelompoknya. Jika ingin gerakan yang baik maka ubahlah kelompok menjadi lebih fungsional dan semua urusan kelompok ada yang bertanggung jawab,” imbuhnya.

POPT Teladan Nasional Tahun 2023 Asal Provinsi Kalimantan Selatan, Ronny Pamuji, mengatakan seorang POPT harus mempunyai kompetensi untuk observasi, diagnosa dan memberi resep.

“Kita harus memberikan observasi langsung ke lapangan, mendiagnosa dan memberi resep, yang pasti resep itu sesuai dengan prinsip kita yaitu jika ada spot serangan langsung dikendalikan. Selain itu opt dituntut untuk bekerjasama dengan stakeholder lain,” kata Ronny.

Ronny juga melakukan inovasi sebagai kiatnya menjadi POPT. “Inovasi yang saya lakukan berupa inovasi yang bermanfaat minimal untuk diri sendiri, berdasarkan isu terkini di wilayah, dan ATM, yaitu amati, tiru dan modifikasi,” jelasnya.