Vigna subterranea
(L.) Verdc.atau lebih di kenal masyarakat luas dengan nama kacang kapri atau
kacang bogor atau kacang benguk yang merupakan varietas lokal di daerah sekitar
Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten. Kacang yang dikenal dengan budidaya yang
mudah, toleran dengan kekeringan sehinnga cocok menjadi bahan pagangan di masa
depan, dengan kandungan protein dan karbohidrat yang memiliki nilai cukup
tinggi sekitar 17,78% dan 59,67% bila di bandingkan dengan kacang tanah, tetapi
pemanfaatannya masih kurang di Inonesia. Melihat permasalahan ini Prof. DR. Ir. Kuswanto, MS. Direktur
Under Utilised Crop Research Center
(UCRC) menyampaikan terkait pengembangan pemulihan tanaman atau perbaikan
varietas.
Eksplorasi
plasma nutfah kacang benguk, sering kali berkaitan dengan upaya untuk memahami
keragaman genetik dalam spesies tersebut. Plasma nutfah mengacu pada kumpulan
materi genetik dari individu-individu dalam suatu spesies yang dapat digunakan
untuk pemuliaan tanaman. Eksplorasi bertujuan untuk mengidentifikasi variasi
genetik yang ada dalam spesies tersebut. Hal ini penting dalam konteks
pemuliaan tanaman karena keragaman genetik dapat memberikan sumber daya genetik
yang berharga untuk mengembangkan varietas tanaman yang lebih unggul, tahan
terhadap penyakit, atau adaptif terhadap perubahan lingkungan.
Dirjen
Tanaman Pangan Dr. Ir. Suwandi, M.Si. menyampaikan dengan begitu banyak manfaat
yang dimiliki oleh tanaman kacang bogor, dengan kandungan nutrisi seperti
protein, lemak dan karbohidrat yang tinggi cocok untuk dikonsumsi masyarakat
terutama yang sedang menjalankan program diet.
Penelitian
internasional tentang kacang benguk ternyata sudah jauh bergeser kearah manfaat
sebagai bahan obat dan kosmetika, Endah Sri Redjeki
Direktur Bambara
Groundnut Research Centre (BGRC) ada 3 hal yang membuat kacang benguk
sangat menarik, yang pertama tentang nutrisi yang kompetitif atau padat gizi,
tinggi protein rendah lemak dan sedikit sekali kandungan minyak sehingga dalam
penyimpanan waktu lama tidak menyebabkan bau tengik. Penggunaan atau
pemanfaatan kacang benguk di Indonesia pada zaman dahulu hanya sebatas digoreng
atau direbus menyebabkan nilai jual kacang benguk yang kurang bernilai di
masyarakat. Namun pada saat ini sudah banyak petani-petani muda yang terjun
langsung dan mengolah kacang mentah menjadi berbagai jenis panganan sehingga
menambah nilai jual dari kacang benguk. Tanaman kacang benguk juga dikenal dengan
tanaman Zero Waste karena setiap
bagian tanaman dapat dimanfaatkan baik untuk bahan makanan,pakan ternak, Green Vertilizer dan bahan obat.
Petani Kacang Bogor,
Nur Syafi’i menyampaikan usaha tani Kacang Bogor di
desa Melirang pertama kali pada tahun 1991. Pada mulanya petani melihat potensi
usahatani ini dari desa Indrodelik yang terletak satu kawasan di kecamatan
Bungah, mulai dari benih dan cara budidaya kemudian berkembang yang dari hanya
sepetak lahan coba-coba menjadi 25 ha sampai sekarang dan menjadi salah satu
komoditi khas Desa Melirang.
Lahan
yang digunakan merupakan lahan tegalan dengan tipe pasir berbatu Pengolahan
lahan dengan cara dicangkul atau di tracktor, kemudian dibentuk bedengan dengan
ukuran lebar 80 cm dan dikali dengan panjang lahan, denga waktu tanam di
sekitar ulan Novembe dan Desember dan perkiraan waktu panen Februari hingga
Maret. Varietas yang digunakan merupakan varietas lokal yang di seleksi secara
mandiri petani, kemudian dilakukan penyimpanan benih dengan kebutuhan benih
sebanyak 16 Kg/Ha dapat menhasilkan 1,8 – 2,3 ton/Ha.