Strategi Peningkatan Kesejahteraan Petani Singkong

Singkong merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Upaya-upaya peningkatan produktivitasnya terus digalakkan untuk memenuhi tingginya kebutuhan pasar di dalam dan luar negeri. Mengingat, pemanfaatan singkong sudah tidak lagi hanya sebagai sumber pangan dan pakan namun juga bahan baku industri.

Seiring dengan hal tersebut perbaikan taraf hidup petani singkong juga perlu terus diperhatikan agar kesenjangan kesejahteraan petani dapat diminimalisir serta menjaga motivasi para petani untuk tetap bertani.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi menyampaikan terdapat beberapa hal berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan petani singkong yang perlu diperhatikan, yaitu dari aspek budidaya, hilirisasi, hingga mapping dan analisis potensi pasar ekspor.

“penggunaan pupuk organik dan varietas-varietas unggulan merupakan salah satu jurus dalam meningkatkan produktivitas singkong ini. Setelah hasil produksi naik, kemudian harus mampu diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa semua bagian-bagiannya dan tak hanya melulu memanfaatkan umbinya saja namun juga termasuk batang maupun daunnya agar memiliki nilai tambah. Tidak kalah penting sangat diperlukan juga analisis pasar, khususnya pasar luar negeri agar tingkat ekspor singkong kita dalam bentuk olahan maupun bahan baku dapat stabil dan bagus terus,” ujar Suwandi dalam keynote speech-nya pada kegiatan Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani episode 1087 di Jakarta, Rabu (24/01/2024).

Suwandi juga mengajak para generasi muda, para millenial, turut serta menyejahterakan petani singkong dengan memanfaatkan kreatifitasnya untuk me-rebranding singkong menjadi makanan-makanan yang lebih menarik dan kekinian.

“tugas mulia ini untuk para generasi millenial, ayo selalu berinovasi dan berkreasi dalam menciptakan olahan-olahan baru sehingga singkong bisa naik kelas dan memberikan nilai tambah untuk menyejahterakan petani,” urai Suwandi.

Berikutnya, pengusaha Singkong Keju D9 Salatiga, Hardadi, menguraikan pengalamannya dalam mencari supplier untuk memenuhi kebutuhan bahan baku usahanya. Menurutnya, tingkat pemenuhan kebutuhan singkong masih cukup rendah. Beberapa kali ia bersama timnya perlu terjun langsung ke berbagai daerah hanya untuk mencari bahan baku singkong yang berkualitas. Berdasarkan pengalamannya tersebut ia berpesan kepada para petani singkong untuk selalu menjaga kualitas, ketersediaan, dan lebih sering membangun partnership.

“harga jual singkong sangat dipengaruhi oleh kualitasnya sehingga sangat perlu sekali menjaga kualitas singkong tetap baik, terlebih untuk industri makanan. Selain itu ketersediaan singkong juga sangat berpengaruh, oleh karenanya para petani hendaknya mulai belajar melakukan penjadwalan tanam. Kami juga berharap para petani lebih rajin lagi melakukan penawaran kepada para pelaku usaha yang berbasis singkong untuk memperbesar potensi penyerapan hasil produksinya dengan harga yang baik,” papar Hardadi.

Selanjutnya, akademisi dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, Achmad Subagio, menyebutkan bahwa singkong merupakan salah satu tanaman masa depan yang sangat besar potensinya di berbagai sektor industri disamping industri pangan dan pakan, mulai dari industri kertas, konstruksi, kosmetik, fashion hingga industri energi. Besarnya potensi tersebut perlu dibarengi dengan peningkatan kapasitas dari para petani singkong yang juga perlu disupport oleh berbagai stake holder. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya pembentukan korporasi petani singkong yang mampu menghimpun petani-petani kecil dalam satu wadah, sehingga memiliki sistem keorganisasian yang kuat untuk  menghadapi tantangan harga umbi yang fluktuatif, tingginya proses produksi, dan rendahnya nilai tambah yang didapat.

“melalui pembentukan korporasi petani selain akan mampu meningkatkan produktivitas sebesar 10%, namun juga akan mampu membukakan akses-akses baru bagi para petani seperti perbankan untuk memperoleh KUR dan sebagai modal untuk melakukan contract farming dengan berbagai perusahaan yang tentunya mengarah pada peningkatan kesejahteraan petani, ” terang Subagio.

Terakhir, salah satu petani singkong dan pegiat olahan singkong dari Bogor, Abah Ghozali menceritakan pengalamannya sebagai petani singkong di wilayah perkotaan. Salah satu strateginya untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraannya berserta pekerja yaitu melakukan budidaya singkong menggunakan sistem tumpang sari. Adapun tanaman yang digunakan untuk tumpang sari yaitu pohon pepaya, jagung hitam, dan kacang tanah batik atau kacang tanah madu.

“setiap 300 m2  lahan tertanam 20 pohon pepaya, 250 batang bibit singkong, jagung, dan kacang tanah madu dengan jadwal tanam yang berbeda-beda. Tujuannya untuk mendapatkan jadwal panen yang berbeda pula sehingga selama menunggu singkong panen tetap ada penghasilan yang kami terima, ” tukas Abah Ghozali.