Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan kegiatan Bimbingan Teknis dan Sosialisasi (BTS) Propaktani Episode 1080 pada hari Kamis (11/01) dengan mengangkat tema “Tantangan MT1: Pengaruh El Nino Terhadap Peningkatan Produktivitas Tanaman”.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan tantangan musim pertama ini adalah bulan Oktober-Maret. Kebijakan bapak Menteri pertanian adalah tahun 2024 khusus untuk meningkatkan produksi padi dan jagung. “La Nina dan El Nino merupakan ritme alam, petani sudah mengalami berbagai hal baik La Nina maupun El Nino. El Nino terberat terjadi pada tahun 2015. Dan dari agustus tahun lalu hingga saat ini kita merasakan dampak El Nino. Sektor pertanian terkena dampak paling besar, salah satu yang kita rasakan disamping tanda El Nino itu ada kekurangan air bersih, kebakaran hutan. Ini termasuk El Nino diatas moderat. Walaupun puncak El Nino itu terjadi bulan Agustus-September 2023 namun hingga saat ini masih terasa. Sehingga beberapa jadwal tanam mengalami kemunduran/tertunda. Ini salah satu percepatan tanam menghadapi El Nino, tidak ada sejengkal tanahpun yang tidak ditanami sehingga bisa lebih produktif” kata Suwandi.
Direktur PT. Mitra Tani Modern, M. Zainul Alim menyampaikan dampak yang terjadi akibat El Nino ini merupakan tantangan dan motivasi sebagai petani bahwa ini peluang karena ke depannya pangan akan mahal, semua orang butuh makan nasi dan tidak semua orang tidak jadi petani. “Nah ini cluenya, yang akan survive ke depan itu bukan yang punya uang saja tetapi yang memiliki lahan dan bisa mengelolanya. Setiap terjadi El Nino ini ada dampak. Dampak apa? ada dampak ekonomi, terutama lima tahun setiap ada El Nino pasti terjadi perlambatan ekonomi. Kemudian dampak selanjutnya adalah kekeringan, kekeringan yang berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman pangan. Kemudian adanya penyebaran penyakit, tanaman langsung stress. Selanjutnya penurunan kualitas tanam, gangguan musim tanam. Kemudian adanya dampak ketidakstabilan harga. Ada empat solusi untuk mengatasi seperti dengan pemanfaatan lahan rawa, pertanian menggunakan bahan organik, menggunakan bibit yang tahan terhadap suhu ekstrim, kemudian pemetaan” Ungkap Zainul.
Ahmad Farid selaku Petani Muda Jaringan PetaniMU mengatakan El Nino menyebabkan udara lebih kering dan lebih panas yang akan berpengaruh ke tanaman pertanian. Dampak El Nino yang dirasakan adalah terjadinya keterlambatan musim panen, hingga 2 bulan. Keterlambatan panen ini menyebabkan keuangan petani menjadi tidak stabil. Kemudian waktu kerja petani menjadi berkurang, karena suhu meningkat yang biasanya petani jam 10 masih bekerja di ladang tetapi dibeberapa kejadian petani tidak tahan dengan suhu panas yang terjadi jadi petani mememutuskan untuk beristirahat yang seharusnya istirahat bisa jam di jam 11 atau 12. Dampak positif terjadinya El Nino salah satunya harga yang relatif stabil untuk beberapa komoditi. Untuk wilayah Pandeglang untuk komoditi cabai dan caisim mengalami kenaikan harga dan hal tersebut menguntungkan petani. Kejadian El Nino sebagai fenomena alam yang tidak lepas dari aktivitas manusia. Perubahan iklim dipengaruhi beberapa faktor salah satunya degragasi lahan, polusi dan sebagainya.
Ahmad Syawaludin sebagai Founder Lumbung Bumi Nusantara menyampaikan El Nino adalah pemanasan suhu muka laut diatas kondisi normal yang terjadi di samudera pasifik bagian tengah sehingga mengurangi curah hujan dan peningkatan suhu tanah serta udara. Dampak El Nino yang dirasakan saat ini yaitu, terjadinya pemanasan suhu bumi, perubahan jadwal musim tanam, penurunan produktivitas dan kualitas dan ketidakstabilan harga. Solusi menghadapi El Nino dapat dilakukan dengan penanaman pohon trembesi dan randu, update dengan teknologi pertanian modern, peningkatan bio teknologi serta meningkatkan pendampingan petani.