Teknologi Peningkatan IP Padi Pendekatan Varietas dan Budidaya

Pada tahun 2024 ini Kementerian Pertanian fokus meningkatkan produksi padi dan jagung, khususnya pada puncak musim hujan dengan melakukan percepatan tanam. Dalam BTS Propaktani episode 1074 yang berjudul “Teknologi Peningkatan IP Padi Pendekatan Varietas dan Budidaya”, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menghimbau agar terus berinovasi, membuat terobosan baru dan inspirasi untuk meningkatkan produksi sehingga hari esok akan terus lebih baik.


“Ini sangat bagus, Kementan punya 4 strategi untuk meningkatkan produksi. Pertama, meningkatkan indeks pertanaman. Kedua yaitu PAT, lahan tidur, lahan terlantar, kebun, hutan yang bisa ditanam segera lakukan pertanaman. Ketiga yaitu PATB, seperti rawa, tadah hujan, membuka lahan-lahan tersebut sehingga lebih optimal untuk meningkatkan perluasan areal tanam baru. Keempat, meningkatkan produktivitas di lokasi existing dengan teknik budidaya dan upaya penggunaan pupuk yang tepat, diikuti dengan penggunaan pupuk organik sehingga dapat menghemat biaya dan ramah lingkungan,” papar Suwandi, Rabu (3/1/24).


Suwandi juga menghimbau agar dapat meningkatkan Indeks Pertanaman. “IP yang bisa setahun sekali kita naikkan menjadi 2 kali. IP 200 naikkan menjadi IP 300 dan seterusnya,” ujarnya.


“Ini hal yang baru dan sangat menarik. Ikuti panduannya dan tidak kaku sehingga upaya peningkatan indeks pertanaman bisa meningkat. Kuncinya adalah jarak panen ke tanam maksimal 10 hari, semai di luar, dari olah tanah langsung disemprot biodekomposer sehingga pas hari ke 10 langsung ditanam dari hasil semai. Kemudian menggunakan benih super genjah atau benih genjah,” jelas Suwandi. 


“Dari segi budidaya lakukan upaya bagaimana menyingkat waktu tanam, menjaga air sepanjang waktu, kemudian juga penggunaan bahan organik yang sangat baik untuk kesuburan tanah, pupuk yang dibuat sendiri sehingga bisa hemat,” imbuhnya.


Lebih lanjut, Peneliti Budidaya, BRIN, Gagad Restu Pratiwi, juga memaparkan strategi peningkatan produksi padi. “Seperti yang telah disampaikan oleh Dirjen TP, Suwandi, peningkatan luas areal tanam bisa dilakukan dengan pemanfaatan lahan sub optimal seperti rawa, lahan kering, dan sebagainya. Kemudian juga menerapkan pola tanam tumpang sari dan pemanfaatan tegakan tanaman tahunan serta memanfaatkan lahan bekas tambang,” paparnya.


Gagad menjelaskan teknologi budidaya padi dari mulai lahan, benih, pemupukan, pengairan, hingga pengaturan sistem tanam.


“Tidak asing lagi bagi kita mengenai pengolahan lahan. Penggunaan bahan organik baik dilakukan untuk keseburan tanah. Benih yang digunakan harus sesuai, benih bersertifikat dan bagaimana perlakuan benihnya. Pemupukan harus berimbang dan pengelolaan hara spesifik lokasi. Kebutuhan air dan macam pengairannya juga diperhatikan serta optimalisasi populasi tanaman,” jelasnya.


“Dengan budidaya padi presisi dapat memetakan lokasi dengan produktivitas tinggi, sebagai acuan penentuan paket teknologi yang sesuai. Kami juga mengerjakan riset formulasi pupuk lepas lambat nano coating yang harapannya bisa satu kali penggunaan hasilnya tidak berbeda dengan pupuk konvensional,” imbuhnya.


Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Pangan, BRIN, Aris Hairmansis, menyampaikan salah satu strategi peningkatan produksi pangan yaitu peningkatan potensi genetik yang menghasilkan varietas yang potensi hasilnya dapat meningkat dibandingkan potensi sebelumnya.


“Para peneliti terus berusaha menghasilkan varietas-varietas unggul baru yang potensi hasilnya lebih tinggi. Pengamanan produksi juga harus diperhatikan terutama terhadap dinamika OPT yang semakin tidak terduga. Perlu ekstra usaha untuk mengamankan produksi sehingga dapat meminimalisir akibat perubahan iklim dan sebagainya,” kata Aris.


Aris menyebutkan dengan riset varietas padi ini banyak yang perlu diteliti tetapi terdapat hal-hal prioritas yang perlu difokuskan ketika melakukan riset dalam mendukung IP yang berkelanjutan.


“Kita terus berusaha untuk menghasilkan varietas yang sangat genjah dengan potensi hasil yang tinggi. Untuk meminimalisir ledakan OPT, kita juga perlu perhatikan varietas yang tahan penyakit. Hal ini tidak bisa kita abaikan kita perlu strategi bagaimana menghasilkan varietas yang lebih tahan penyakit. Kita juga perlu varietas yang lebih efisien terhadap pupuk, yaitu dipupuk lebih sedikit tetapi hasilnya sama. Tidak kalah penting kita menciptakan varietas yang rendah emisi,” terangnya.


Sementara itu, Peneliti, Pusat Riset Tanaman Pangan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan, BRIN, Rahmini, menyampaikan peningkatan indeks pertanaman padi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk, meningkatkan intensitas pemanfaatan lahan dan infrastruktur irigasi yang ada dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas usahatani padi secara keseluruhan.


“Dengan indeks pertanaman yang lebih tinggi, produktivitas padi per hektar juga meningkat. Lahan dan irigasi bisa dimanfaatkan lebih optimal jika masa tanam lebih pendek dan rotasi tanam lebih cepat. Petani juga bisa memanfaatkan teknologi dan inovasi pertanian lebih optimal dengan indeks pertanaman yang lebih cepat,” kata Rahmini.


Rahmini juga memaparkan strategi pengendalian OPT. Salah satunya dengan menggunakan varietas yang tahan hama dan penyakit.


“Selain penggunaan varietas tahan hama dan penyakit, kita perlu menjaga keseimbangan dan keberadaan musuh alami. Yang sangat penting adalah pemantauan atau pengamatan OPT secara intensif, sehingga dapat diambil tindakan cepat dan tepat pada saat diperlukan. Kemudian sanitasi lingkungan dan memecah siklus hidup hama dengan tanam serempak serta menerapkan pengendalian hama terpadu,” paparnya.